SMAN1GLAGAH.SCH.ID — Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh siswa-siswi SMAN 1 Glagah. Dua siswi berbakat, Humairoh Alkayla Zahrani (kelas XII-10) dan Aulia Khairunnisa (kelas XII-1), sukses meraih medali perak pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) Nasional 2025 yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kedua siswa yang tergabung dalam Tim Eumessa ini menorehkan prestasi melalui penelitian bertema semiotika warna dalam gerakan digital Generasi Z, khususnya bagaimana penggunaan tagar di media sosial menjadi medium penyampaian pesan sosial dan politik.
Kepala SMAN 1 Glagah, Abdullah, S.Pd., M.T., menyampaikan rasa bangga atas pencapaian tersebut. Ia menegaskan bahwa keberhasilan ini merupakan tonggak sejarah bagi SMAN 1 Glagah.
“Kami sangat bangga atas pencapaian siswi kami. Semoga prestasi ini memotivasi siswa lain untuk terus berinovasi di bidang penelitian,” ujar Abdullah.
Bapak Abdullah juga memberikan apresiasi kepada Devia Dwi Riki Wardani, S.Pd., selaku pembimbing OPSI yang telah mendampingi kedua siswi sejak tahap awal hingga final nasional.
“Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu proses anak-anak dari awal pendaftaran hingga akhir. Selamat untuk Humairoh dan Aulia,” tutup Abdullah.

Selaku pembimbing, Ibu Devia berharap keikutsertaan di OPSI dapat memperluas wawasan ilmiah dan mengasah kemampuan berpikir kritis peserta didik di era digital.
“Pencapaian prestasi ini menjadi bukti pentingnya budaya riset siswa di lingkungan sekolah,” ujar Ibu Devia.
Dalam penelitiannya, Humairoh mengungkapkan bahwa tagar #PeringatanDarurat menjadi ruang bagi Generasi Z untuk menyampaikan kritik secara simbolik melalui warna-warna tertentu. Seperti merah yang melambangkan urgensi dan peringatan, Hitam merepresentasikan duka, tekanan, dan resistensi serta Biru menggambarkan keseimbangan serta kesadaran rasional.
Humairoh menjelaskan bahwa variasi warna ini memunculkan hidden transcript, sebuah narasi politik tersirat yang memungkinkan generasi muda mengekspresikan gagasan dan perlawanan dengan cara aman, kreatif, dan relevan dengan kultur digital.
“Awalnya kami hanya ingin belajar dan mencoba. Ketika diumumkan lolos, rasanya seperti mimpi. Kami ingin membuktikan bahwa siswa daerah juga bisa berprestasi di tingkat nasional,” ungkap Humairoh.
Aulia menambahkan bahwa keberhasilan mereka tidak lepas dari dukungan sekolah, guru pembimbing, serta teman-teman yang terus memberi semangat.
“Terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah, guru pembimbing, dan teman-teman yang selalu mendukung. Semoga hasil ini menjadi kebanggaan bagi sekolah,” ujarnya.
Tidak hanya membawa pulang medali perak, Humairoh dan Aulia juga berhasil mendapatkan beasiswa dari Universitas Surabaya (Ubaya) berupa pembebasan biaya 100 persen ISP dan 75 persen UPP sebagai bentuk apresiasi atas kualitas penelitian yang mereka ajukan.***
Penulis: Mohammad Syahid Satria, S.Pd





