Banyuwangi (17-9-2018)–Hari ini mungkin agak istimewa bagi keluarga besar SMAN 1 Glagah Banyuwangi,
pasalnya upacara Hari Senin yang dilanjutkan dengan pelantikan OSIS periode 2018-2019 dipimpin oleh pembina upacara Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Banyuwangi, Bapak Drs. Istu Handono, M.Pd.
Dalam sambutan pada upacara bendera tersebut, Pak Istu, demikian panggilan akrabnya, memberikan motivasi semangat kepada para peserta didik SMAN 1 Glagah. Beliau mengapresiasi serah terima jabatan pengurus OSIS periode 2017-2018 kepada pengurus OSIS periode 2018-2019. Sertijab tersebut menandakan regenerasi kepengurusan. Semua yang ada dan menjabat di bidang apa pun sejatinya tinggal menunggu saatnya untuk diganti, dan semuanya harus siap menghadapinya.
Usai pelaksanaan upacara, Pak Istu melanjutkannya dengan pembinaan kepegawaian di ruang guru. Informasi kepegawaian yang Beliau sampaikan berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru. Guru harus melakukan kegiatan one school one inovation. Karenanya, mindset guru harus benar-benar baru dan keluar dari zona nyaman.
Selanjutnya berkaitan dengan pemetaan GTK (guru dan tenaga kependidikan) disampaikan bahwa pemetaan GTK itu didasarkan atas kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. ASN (Aparatur Sipil Negara) di lingkup sekolah harus siap ditempatkan di mana pun. Mutasi ASN didasarkan atas empat hal: (1) Kebutuhan organisasi/lembaga; (2) Usulan Kepala Sekolah; (3) Usulan Kolega di sekolah karena sesuatu dan lain hal; dan (4) Permintaan ASN sendiri untuk minta dimutasi.
Sekolah-sekolah berkategori dan berkualifikasi ring 1 tidak boleh menerima sembarang guru. Penerimaan guru (khususnya guru tidak tetap) harus benar-benar selektif karena berkaitan dengan citra sekolah. Kebijakan pengangkatan K2 masih diusulkan ke Dinas Pendidikan Provinsi karena itu merupakan amanah yang terus-menerus diperjuangkan.
Ihwal pemetaan peserta didik, pria yang fasih berbahasa Madura karena lama tinggal di Wongsorejo ini menyampaikan bahwa kecerdasan peserta didik harus diarahkan pada multiple intelegence. Kecerdasan seseorang itu tidak monolitik. Peserta didik yang tidak menguasai ilmu sain dan eksakta bukan berarti dia tidak cerdas. Dia mungkin memiliki kecerdasan lain, misalnya kinesik, kecerdasan kinesik inilah yang perlu memperoleh perhatian dari guru. Selain itu, pendidikan karakter yang tertanam kuat pada diri peserta didik juga merupakan kecerdasan pada dimensi lain yang juga patut diapresiasi oleh guru.
Mengakhiri pembinaannya, Bapak Istu Handono menyampaikan bahwa team work sekolah harus kompak secara sistemik. Kekompakan ini merupakan modal dasar mempertahankan eksistensi sekolah, tidak boleh ada seseorang yang merasa paling berjasa dalam memajukan sekolah. Beliau mengibaratkan sebagus-bagusnya motor/mobil tetapi kalau tidak ada businya, tidak akan bisa bergerak maksimal (ISM).